Uncategorized

Manyipet, Tidak Hanya Sekedar Menyumpit

Dibaca : 3.1K

Kapuas, Prokabar – Festival Isen Mulang memang seru habis. Pagelaran budaya mulai tanggal 2 hingga 6 Mei 2018 ini, menampilkan hal hal unik yang jarang ditemui hari biasa. Salah satunya adalah pertandingan Manyipet. Sudah tahu belum seperti apa keunikannya?

Manyipet atau menyumpit adalah tradisi khas masyarakat Dayak. Suku Dayak dari dulu terkenal dengan kemampuan berburu mereka. Nah, salah satu alat berburu yang paling efektif adalah sumpit. Dahulu kala, Lelaki Dayak saat masuk hutan dipastikan membawa sipet. Mereka menyumpit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Alasan lain adalah untuk membela diri, baik dari ancaman suku lain, maupun hewan buas.

Zaman dahulu, anak sumpit atau damak adalah senjata yang berbahaya. Untuk efektivitas perburuan, Masyarakat Dayak menggunakan racun di ujung damak. Racun itu berasal dari getah pohon Seraron. Pohon ini hanya ada di pedalaman hutan Kalimantan. Saking berbahayanya, jika terkena damak, tidak sampai 3 menit, hewan buruan itu tidak akan bertahan hidup. Racun ini hingga sekarang belum ditemukan penangkal racunnya.

Sayangnya, tradisi ini mulai ditinggalkan masyarakat. Alasannya, hidup masyarakat Dayak tidak lagi tergantung dengan hutan. Alhasil, tidak banyak generasi muda yang tertarik mempelajari teknik manyipet.

“Belajar sipet itu susah, untuk belajar bahkan harus menyelam di air sambil menyumpit. Ini teknik untuk mempelajari cara pernafasan,” jelas Nyonya Syaer Sua, salah satu atlit manyimpet.

Nyonya Syaer Sua yang juga istri seniman Dayak Syaer Sua, berkisah bagaimana tradisi ini mulai ditinggalkan. Setelah modernisasi masuk ke Suku Dayak, banyak tradisi leluhur yang tidak lagi dipelajari generasi muda, termasuk Manyipet.

“Padahal ini adalah warisan leluhur, tradisi ini hanya ada di Kalimantan, sekarang susah untuk mencari anak muda yang bisa manyipet, apalagi yang bisa membuat sumpit,” ujarnya.

Sipet bagi masyarakat Dayak punya filosofi yang panjang, mulai dari membuat hingga merawat. Sipet dibuat dari Kayu Ulin. Jenis kayu yang keras. Melubangi kayu punya teknik tersendiri dengan menggunakan peralatan khusus. Merawat sipet juga butuh ketelatenan. Saat menggunakan Sipet pun, Sangat dilarang diarahkan ke manusia. Masyarakat Dayak meyakini, jika digunakan membunuh manusia, Sipet tersebut akan hilang kesakralannya.

Untuk melestarikan budaya Manyipet, Festival Isen Mulang selalu menghadirkan perlombaan ini. Atlit setiap kabupaten dan kota beradu ketangkasan menyumpit sasaran.

“Manyipet di Festival Isen Mulang, adalah kompetisi Manyipet terbesar di Kalimantan Tengah, setiap kabupaten mengirimkan satu tim putra dan satu tim putri, masing masing tim berisi tiga orang,” Jelas Maliki, Ketua Panitia Acara.

Dalam lomba ini, target bukan hewan buruan, melainkan sasaran seperti panahan. “Kalau sasaran bergerak susah untuk manyipet, butuh kemahiran tingkat tinggi,” kata Leona, pemenang manyipet perseorangan Putri.

Selain manyipet ada cabang perlombaan lain yang dipertandingkan di Festival Isen Mulang. Ada Lomba Maneweng, Manetek, Manyila, lomba Malamang, Lomba Perahu, Lomba Balago, dan Sepak Sawut atau sepak bola api. (laf)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top