Artikel

Kolom: The Day After Tragedi Kanjuruhan, Suatu Hari tanpa Rasa takut ke Stadion


Dalam dua dekade catatan perjalanan jurnalistik saya sebagai wartawan olahraga, separohnya area peliputan saya adalah sepakbola Indonesia. Hal itu pula yang membuat saya bisa membuat list stadion-stadion yang pernah saya masuki di Indonesia.

Dibaca : 868

Seorang suporter tak akan berharap dapat liputan eksklusif di media, tak menuntut ikut menikmati bonus atau hadiah kalau tim menang. Mereka juga tak berfikir dan terobsesi bisa ikut memegang piala jika tim kesayangan juara. Mereka sudah cukup senang ikut bergembira dibalik pagar tribun.

Namun, jujur saja sepakbola lokal kita belum spenuhnya bisa menjadi sebuah tontonan yang nyaman di tribun stadion. Terkadang ada risiko yang ditanggung.

Hati saya bergetar, tapi salut juga melihat ayah-ayah yang berani membawa anaknya, bahkan balitanya ke stadion, terutama di laga-laga rivalitas panas. Atau para gadis-gadis remaja ikut membaur berosrak, bernyanyi, ditengah-tengah suporter.

Saya pujikan nyali mereka, padahal mereka menyadari potensi-potensi negatif yang mungkin dan bisa saja terjadi.

Saya yakin banyak orang sesama penggemar bola berpikir yang sama. Mereka ingin membawa keluarga ke stadion, tapi takut akan risikonya.

Rapor Merah PSSI
Permasalahannya, problematik kenyamanan menonton bola ini tak pernah dibenahi secara serius oleh pihak-pihak berkepentingan. PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola Tanah Air, sepertinya sudah tak berdaya mencari akar masalah kenapa sepak bola Indonesia terkadang bisa begitu menakutkan.

PSSI baru sebatas berkutat pada tata tata kelola dan menghidupkan industrinya. Tapi itupun tak juga mulus, karena kompetisi dan juga prestasi timnas juga amburadul.

Bagaimana mereka akan menyentuh dan mengurus hal-hal berbau sosial seperti suporter, sedangkan untuk urusan mengatrol prestasi dan menjalankan pembinaan sepakbola saja, rapor PSSI masih banyak merahnya.

Petinggi-petinggi kelompok suporter sejatinya menyadari, konflik-konflik di jajaran akar rumput anggota mereka makin ke sini makin kebablasan. Sejumlah orang berpengaruh di kelompok suporter sudah berupaya melakukan meretas jalan damai.

Namun, itu semua tidak bisa berjalan mulus, karena nihil kesepahaman bersama di kalangan akar rumput yang jumlahnya amat besar. Makanya pergesekan dan kericuhan antar suporter tetap ada.

Halaman : 1 2 3 4 5 6

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top