Artikel

Tidak Hanya Timnas Sepakbola, Soal Beras Indonesia juga Kalah Telak dari Thailand


Kekalahan telak Indonesia dari Thailand pada final Piala AFF 2020, Rabu (29/12) amatlah menyesakkan. Bagaimana tidak, jelang laga Indonesia vs Thailand, optimisme di negeri ini tengah membuncah.

Dibaca : 1.4K

“Apa sih makannya pemain Thailand?” tanya seorang teman di dinding Facebook miliknya. “Beras juga, tapi beras Thailand,” ujar kawan saya lainnya yang satu sekolah.

Benarkah beras Thailand lebih baik daripada Indonesia? Hal ini membuat saya langsung melakukan googling dan hasilnya, dari salah satu situs web berita: “Hom Mali Thailand Kembali Raih Status Beras Terbaik”.

Beras Hom Mali Thailand kali kedua beruntun keluar menerima penghargaan Beras Terbaik Dunia dalam kontes Beras Terbaik Dunia ke-13 di Bangkok seperi dikutip dari Republika, 20 Desember 2021.

The Nation memberitakan sebelas jenis beras dari enam negara; Thailand, Cina, AS, India, Vietnam, dan Myanmar, masuk nominasi tahun ini. Tidak diketahui apakah Indonesia ikut dan tak masuk nominasi, atau tidak ikut sama sekali.

Bukan hanya timnasnya, beras Thailand ini sebenarnya sudah lama menjadi momok bagi Indonesia, khususnya para petani. Ketika harga beras impor yang lebih murah masuk, otomatis beras nasional – walau secara rasa diklaim lebih pulen – tidak bisa bersaing.

Dilansir dari Lokadata, Laporan Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia termasuk yang termahal di Asia Tenggara.

Menurut Bank Dunia, rata-rata harga beras di Indonesia selama 2012-2020, dua kali lipat ketimbang Thailand, Vietnam dan Myanmar.

Namun, selama tiga tahun sejak akhir 2017-2020, petani Indonesia rata-rata hanya menikmati 45 persen dari harga beras di tingkat wholesale atau distributor. Dalam periode yang sama, petani Thailand menikmati 65 persen di tingkat yang sama.

Indonesia termasuk salah satu negara terbesar soal impor beras. Padahal, pada 1980-an, kita pernah mendapat penghargaan dari Badan Pangan Dunia (FAO) lantaran bisa swasembada pangan.

Keran impor ini juga terlihat di kompetisi sepak bola Indonesia. Banyak posisi vital di klub teras diisi oleh pemain asing. Salah satunya adalah penyerang nomor 9 atau target man.

Wajar apabila kemudian Ezra Walian atau Egy Maulana Vikri yang sejatinya bukan penyerang tengah murni dipasang oleh coach Shin Tae-yong di posisi tersebut.

Halaman : 1 2 3

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top