Opini

Pondasi Asasi Anaksiak Tarbiyah Islamiyah


Oleh: Apria Putra “Ongku Mudo Khalis”

Dibaca : 3.2K

MUKADDIMAH

Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI/TARBIYAH) telah memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan keilmuan Islam di Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Sejak masa kolonial, organisasi ini telah menjadi wadah bagi ulama-ulama Minangkabau untuk aktif dalam dakwah, sosial-keagamaan, dan, yang terpenting, transmisi keilmuan Islam (pendidikan). Lewat madrasah-madrasah yang jumlahnya ratusan, yang tersebar luas bukan hanya di Sumatera Barat sendiri, namun juga di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, bahkan Palembang, tokoh-tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah mengaktualisasikan misi tafaqquh fiddin dalam rangka mengkader ulama. Ini merupakan peran penting Persatuan Tarbiyah Islamiyah, yang sampai saat ini masih menjadi fokus masing-masing madrasah/ pondok pesantren yang sehaluan dan sejalan dengannya.

Perjalanan Persatuan Tarbiyah Islamiyah sebagai basis dakwah, sosial, dan pendidikan di kalangan ulama-ulama Minangkabau telah berjalan sekitar sembilan dasawarsa. Organisasi dengan madrasah-madrasahnya telah melewati banyak zaman, dengan berbagai model dan corak. Meksipun sudah teruji melewati masa-masa yang tidak mudah, terutama perjuangan kemerdekaan, namun Persatuan Tarbiyah Islamiyah dengan lembaga-lembaga pendidikannya mesti selalu siap menghadapi gelombang zaman, yang saat ini berupa modernitas, taghrib, dan sikap matrialistik.

Modernitas, gelombang taghrib, serta sikap yang mengarah kepada kehidupan materil, yang sonter menjadi diskusi dewasa ini, mempunyai pengaruh terhadap aktifitas keagamaan khususnya kehidupan dan tradisi kehidupan agama di berbagai daerah. Tidak jarang pengaruh tersebut mengikis dan/ atau mengoyangkan pondasi keagamaan anak-anaksiak yang menjadi mata rantai keilmuan ulama-ulama Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Jati diri, sikap, dan amal, kadang kala tergadai, bila dihadang oleh gelombang hidup saat ini. I’tiqat dan i’timad sering kali digoyangkan oleh berbagai faham yang tersebar seiring modernitas yang semakin masif dirasakan. Oleh sebab itu diperlukan sikap kembali keakar tradisi dan ilmu sebagaimana yang telah diwariskan dan diperjuangkan oleh ulama-ulama Persatuan Tarbiyah Islamiyah di masa lampau. Ibarat kata pepatah, “baliakkan pinang ka tampuaknyo, baliakkan siriah ka ganggangnyo, masa usaha untuk memperkenalkan, mendalami, sampai pada sikap menyadari jati diri sebagai anaksiak sangat lah penting, dalam rangka membentengi diri dari anasir-anasir negatif akibat perubahan zaman di atas.

APA ITU ANAKSIAK?

Istilah anaksiak, saat ini, tidak begitu familiar. Meskipun beberapa daerah masih menggunakan istilah ini, dan menjadi kosa kata penting ketika membicarakan aktifitas belajar-mengajar, namun dalam komunitas yang lebih luas, istilah ini hampir tenggelam, dan digantikan oleh istilah yang disepadankan dengannya. Padahal istilah, untuk sebuah kearifan yang melekat dalam sebuah tradisi, sangatlah urgen. Meskipun diganti dengan istilah yang lain, yang secara semantik bermakna sama, namun perubahan ini sangat berpeluang mengubah aktifitas-aktifitas dalam tradisi yang telah ada. Dengan pendek kata, sebuah istilah mengandung unsur-unsur suatu tradisi yang dibawa oleh istilah itu; istilah merupakan jati diri sebuah kearifan (local genius).

Halaman : 1 2 3 4 5

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top