Opini

Membangkitkan Filosofi dan Keterampilan Silat sebagai Benteng Mentalitas Generasi

Dibaca : 1.0K

Rudi Yudistira, S.S

Padang Pariaman, Prokabar – Beberapa waktu lalu, saya berdiskusi dengan salah seorang wartawan senior Koran Harian Singgalang, Uda Darmansyah. Kami berdiskusi hingga akhirnya terjadi adu argumentasi yang cukup memberikan pengalaman berarti tentang memudarnya perhatian masyarakat Minangkabau. Masyarakat mulai terlupakan akan pentingnya pendalaman nilai-nilai budaya sebagai sebuah kearifan lokal, yang harus ditanamkan oleh generasi penerus bangsa. Pada saat itu, saya mengutarakan agar Pemerintah Daerah Padang Pariaman bersama Anggota DPRD Padang Pariaman mengapungan Dasar-dasar Pendidikan Silat dan pelestarian kesenian Ulu Ambek di dalam kurikulum pendidikan tingkat SD, SMP dan SMA sederajat. Karena Ulu Ambek dan Silat Tradisional memiliki kandungan nilai-nilai filosofi luhur dalam mengatur prilaku atau pemilik silat itu sendiri.

Beliau sempat tersenyum dan memberikan jawaban yang membuat diri saya sedikit pesimis. Upaya dan usaha yang saya utarakan, pernah dilakukan oleh beberapa tokoh pemuka adat dan Anggota Dewan daerah sebelumnya, katanya. Namun upaya tersebut, belum berhasil karena belum mendapatkan dukungan serius dari berbagai pihak.

Sebelumnya, beberapa tokoh Sumatera Barat juga telah berupaya memperhatikan dan mengapungkan pentingnya pelestarian hingga penanaman karakter budaya silat di ranah Minang ini. Mereka pada umumnya, berupaya mengembalikan kecintaan masyarakat Minangkabau terhadap Seni Bela diri Silat yang telah memudar. Padahal banyak masyarakat luar atau orang asing belajar bahkan menguasai seni beladiri silat minang. Jika hal tersebut dibiarkan, bisa-bisa generasi minang pula yang akan belajar kepada orang asing tersebut nantinya.

Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno juga pernah mengutarakan kekagumannya terhadap Seni Beladiri Silat di Koran Harian Singgalang. Tepatnya terbit pada 26 November 2014. Pada saat itu, beliau menghadiri pertemuan antara 9 aliran silat di Sumatera Barat dengan 4 aliran silat dari Sunda di Padang Panjang. Inti dari kesan dan pesan Gubernur Sumatera Barat tersebut adalah Silat memiliki Pendidikan yang menanamkan Filosofi atau Pemikiran Positif pada orang yang mempelajarinya. Silat di Minangkabau selalu menanamkan nilai-nilai Agama Islam seperti Prilaku Jujur, Sportif, Mandiri dan Selalu yakin akan Kebesaran Allah SWT. Beliau juga memberi apresiasi kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas Pendidikan maupun Sekolah, yang menjadikan Silat Minang sebagai kegiatan ekstra kurikuler di wilayah atau Sekolah, apalagi diwajibkan.

Secara tidak langsung, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sangat mengharapkan dan mendukung silat sebagai salah satu pelajaran yang sangat penting untuk diterapkan di setiap sekolah di Sumatera Barat. Pendidikan silat sebagai konten lokal murni dari Minangkabau, pada umumnya mereka yang bermental pesilat, memiliki etika dan moral yang luhur. Namun kita belum melihat secara nyata, selama beliau menjadi Orang Nomor satu dan memiliki kebijakan di Sumatera Barat ini, mendukung melalui program atau inovasi tentang membangkitkan kembali Nilai-nilai filosofi silat ini tertanam pada pelajar maupun mahasiswa yang berasal dari Ranah Minang ini.

Pada kamis 20 November 2014 yang lalu, Sesepuh silat dari Lubuak Bonta, Korong Tarok, nagari Kapalo Hilalang, Kabupaten Padang Pariaman, juga menggelar pertemuan dengan tujuan Revitalisasi Silat Minangkabau. Kegiatan tersebut dipelopori oleh seorang Akademisi dari Universitas Andalas, bernama Dr. Hasanuddin, M.Si. Beliau juga merupakan putra daerah nagari tersebut. Kegiatan yang sekaligus peresmian Rumah Budaya Tigo Sapilin, secara langsung dihadiri Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni dan Beberapa tokoh Pesilat seperti Dafid Suhu selaku Presiden Silat Nusantara serta Irwansyah Dt. Katumanggungan, Pucuk Adat Alam Minangkabau dari Tanah Datar, yang juga Guru Besar Pangka Batuo Batu Batikam.

Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni beserta tokoh Adat dan Pesilat Minangkabau yang hadir pada peresmian Rumah Budaya tersebut, kagum dengan apa yang telah dilakukan masyarakat Kapalo Hilalang. Bupati Ali Mukhni mengutarakan, akan komit dan menyokong atas apa yang telah dilakukan masyarakatnya. Mereka sepakat, Silat pada dewasa ini telah mulai memudar dalam jati masyarakat. Oleh sebab itu, Silat harus diapungkan kembali seperti dahulu kala. Tentu sesuai zaman yang berkembang saat ini. Silat yang merupakan Konten Lokal budaya Minangkabau, memiliki filosofi dan kearifan lokal yang masih terpendam dalam jiwa masyarakat Minang.

Selaku seorang akademisi yang memahami dan memiliki wawasan budaya Minangkabau, Hasanuddin berupaya menciptakan kembali nilai-nilai filosofi Silat melalui Rumah Budaya atau Laga-laga di Lubuak Bonta tersebut. Pada saat itu, Hasanuddin mengapungkan tema acara Revitalisasi Silat agar mengembalikan karakter generasi yang telah mulai menyimpan. Seterusnya, hasil kegiatan tersebut nantinya dirangkum menjadi silabus untuk program pendidikan sekolah di Sumatera Barat. Berharap, silabus yang dirancang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah bersama Anggota DPRD, hingga dapat dimanfaatkan di Dunia Pendidikan.

Saat berdiskusi dengan Ketua Komisi 1 DPRD Padang Pariaman, Happy Naldi, beliau juga senang dengan adanya usulan tentang peningkatan perhatian terhadap kearifan lokal seperti silat, kembali diberdayakan melalui dunia pendidikan formal dan informal. Gagasan tersebut menjadi peningkatan moril generasi bangsa nantinya.

Budaya adalah cermin kehidupan masyarakat. Dan budayalah yang menjadi tolak ukur maju atau mundurnya peradapan masyarakat suatu bangsa. Kita masih menunggu bukti Pemerintah Daerah bersama Wakil rakyat, menunjukan kecintaan mereka terhadap kebudayaan mereka sendiri. Menunjukan dengan aksi nyata yang telah mereka janjikan sebelumnya. Begitu hal dengan masyarakat Minang sendiri, tanpa dukungan dari mereka, upaya media masa, Akademisi, Pemerintah Daerah dan Wakil Rakyat juga akan sia-sia. (Rud)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top