Opini

Ketika Media Terpapar Corona

Dibaca : 662

Oleh: Joko Intarto

Ingin ketawa takut dosa. Begitulah saat saya menonton tayangan sebuah stasiun TV nasional. Kualitas pemberitaannya itu lho…

Saya tidak paham bagaimana metode rekrutmen wartawan saat ini. Sudah lima tahun saya tinggalkan industri media massa.

Tapi melihat tayangan di sebuah stasiun TV nasional seharian ini, saya harus menikmatinya sambil geleng-geleng kepala.

Ada wartawan yang beberapa kali mendesak Menteri Kesehatan untuk membuka identitas penderita infeksi Corona. Tindakan wartawan itu sebenarnya tidak dibenarkan. Identitas pasien harus disembunyikan untuk kepentingan pasien itu.

Saya juga mencatat soal buruknya akurasi berita. Misalnya, soal 71 tenaga medis di rumah sakit yang sempat melakukan kontak dengan penderita dirumahkan untuk langkah preventif. Entah bagaimana media memberitakan ada 50 warga Depok yang menjadi suspect Corona.

Dikabarkan pula bahwa para suspect itu sudah terpapar sejak tanggal 21 Januari 2020. Namun baru diakui pemerintah tanggal 28 Februari 2020 dan baru baru diumumkan presiden hari ini.

Padahal pasien baru masuk ke RS tanggal 21 Februari 2020 atas inisiatif sendiri karena merasa badannya kurang fit.

Perlu waktu bagi RS untuk melakukan observasi atas penyakit yang diderita pasien. Kesimpulan positif terpapar Corona baru diperoleh pada 1 Maret 2020 dan diumumkan presiden hari ini.

Untuk mengonfirmasi hal tersebut, presenter mewawancarai walikota Depok. Dalam wawancara itu, narasumber meluruskan informasi bahwa tidak benar ada 50 warganya yang menjadi suspect Corona. Yang benar, 71 tenaga medis dirumahkan karena pernah melakukan kontak saat merawat pasien, dengan tujuan pencegahan.

Lucunya, setelah dijelaskan demikian, wartawan masih ‘ngeyel’ dengan menyimpulkan Walikota Depok membantah 50 warganya terindikasi terinfeksi Corona.

Hadeuuuh. Kumaha eta….

Mengikuti gaya wawancara yang tayang di media hari ini, saya merasa wartawan sudah seperti jaksa dalam sidang peradilan. Mereka mencecar narasumber seperti tersangka.

Saya menduga, langkah Gubernur Anies Baswedan yang membuka posko waspada Corona sebelum presiden mengumumkan akan diberitakan sebagai mencuri start… Bukan tidak mungkin kasus Corona akan berujung pada pembentukan pansus di DPR.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top