Budaya

Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka Dibenahi, Kini Sudah Ada Pemandu

Dibaca : 670

Sungai Batang, Prokabar — Setelah kepergian almarhum Hanif (Kemenakan kandung Buya Hamka/ anak dari A.R. Sutan Mansur), pengelolaan Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Jorong Batung Panjang, Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, sempat terbangkalai.

Meski sempat beberapa kali dilakukan pengganti beberapa orang, namun selalu tidak bertahan lama. Akibatnya, salah seorang tenaga OB sempat memandu pengunjung. SDM yang tidak memadai, sempat membuat kamelut dan gaduh menerpa Museum Ulama Besar tersebut.

Setelah banyak dorongan semua pihak, perhatiannya kembali memberi cahaya. Pemkab Agam melalui Disdikbud dan Pemerintah Kecamatan Tanjung Raya melahirkan kebijakan hingga mendapat pengganti pemandu Museum bernama Ustad Dasri (50).

Beliau salah satu Mubalig dan tenaga pendidik di MTsS Muhammadiyah Sungai Batang. Ustad Dasri paham betul seluk beluk sejarah Buya Hamka.

“Sejak kepergian almarhum Hanif, Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka ini sangat memprihatinkan. Kondisinya seperti tidak terurus dan sering kali mengecewakan pengunjung. Rata-rata wisatawan yang datang didominasi dari Malaysia. Mereka sangat fanatik sama Buya Hamka, sehingga sangat marah bila ada pemandu salah kaprah memaparkan sejarah beliau,” ungkapnya.

Sehingga kegaduhan sempat terjadi ketika ada orang mengaku-ngaku keturunan Buya Hamka ke 13, padahal hanya sebatas satu suku saja.

Saat Ustad Dasri menjalankan amanah tersebut, berbagai pembenahan dan perbaikan mulai dilakukan. Diawali lemari pajangan buku hingga dinding-dinding yang tebal debunya.

“Pada bagian kunci lemari pajangan buku, sudah banyak yang tidak cocok lagi. Sehingga harus dilakukan pencocokan kembali. Bila ada yang rusak, harus diganti yang baru,” ungkapnya.

Selain Lemari dan dinding, alas lantai berupa tikar pandan juga sudah lusuh dan pudar. “Kondisi ini akan segera kami laporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Agam. Pasalnya, instansi ini penanggungjawab cagar budaya di Kabupaten Agam,” tuturnya.

Zulkarnain, salah seorang warga sekaligus penjual buku Buya Hamka di sekitar museum menambahkan, sejak tanpa Pak Hanif, museum tidak lagi terurus sebagai mana mestinya.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top