Budaya

Silek Art Festival 2019, Upaya Menghimpun Kembali Kekayaan Budaya Minangkabau

Dibaca : 957

Padang, Prokabar — Silek Arts Festival (SAF) 2019 merupakan sebuah kegiatan pengembangan yang tergabung dalam Platform Indonesiana. Platform ini sendiri merupakan sebuah inisiatif baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan struktur hubungan terpola antar penyepenggara kegiatan kebudayaan di Indonesia yang dibangun secara gotong royong.

Kegiatan ini juga merupakan sebuah upaya dalam mendukung UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dalam rangka menangani kegiatan budaya secara lebih sistematis. Platform Indonesiana, dalam hal ini SAF 2019, sifatnya gotong-rotong mulai dari tingkat nasional sampai ke level komunitas.

Dalam festival ini terlibat Kementererian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan), Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, dinas yang membindangi urusan kebudayaan di kabupaten/kota, komunitas-komunitas, seniman dan budayawan, serta eskosistem kebudayaan lainnya.

SAF 2019 merupakan pelaksaan yang kedua kalinya setelah SAF 2018. Setelah tahun lalu SAF dengan tagline “Panjapuik Piutang Lamo” fokus pada upaya untuk membangitkan semangat komunitas seni dan budaya untuk mengekplorasi silek dalam pertunjukan mereka, tahun ini seluruh rangkaian program SAF fokus pada konsep Arsip dan Dokumentasi, dengan tagline “Sapakaik Mangko Balega”.

Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Gemala Ranti, mengungkapkan bahwa konsep arsip dan dokumentasi ini diangkat mengingat Sumatera Barat masih belum banyak melakukan pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan terkait silek. “Dalam program kali ini kita berusaha menghimpun kembali seluruh pengetahuan tentang silek, mengingat silek sebagai kekayaan budaya di Minangkabau telah berkembang ke daerah lain di Indonesia, negara-negara Melayu, juga ke sejumlah negara lain di dunia,” katanya, Rabu (26/6).

Menurut Gemala Ranti, perkembangan tersebut merupakan sebuah gambaran bagaimana silek merupakan sebuah hasil kebudayaan dengan basis budaya Minangkaba memiliki nilai-nilai penting, yang dapat dipergunakan dalam menjalani kehidupan manusia. “Silek juga telah diusulkan dan sedang dalam proses penilaian untuk ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia melalui UNESCO. Kegiatan SAF 2019 merupakan salah satu dukungan untuk menguatkan pengajuan silek sebagai warisan dunia,” tambahnya.

Sementara itu, Ediwar, selaku Direktur Festival SAF 2019 mengatakan bahwa untuk penyelenggaraan SAF Tahun 2019, Tim Produksi sudah memulai langkah kerja mengacu pada rancangan dari Platform Indonesiana dan dibantu oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Barat. Mulai dari pembentukan Tim Produksi, melakukan pendekatan pada dinas-dinas terkait dengan seni budaya di kabupaten-kabuapten di Sumatera Barat, serta menjalin hubungan dengan seniman dan budayawan Sumatera Barat.

“Setidaknya dalam proses kerja yang sudah dimulai dari awal tahun 2019, agenda Silek Arts Festival mendapat sambutan dari beberapa daerah lain di Sumatera Barat,” terang Ediwar.

“Hal ini terbukti dengan antusiasime pemerintahan daerah, khususnya yang terkait dalam bidang seni dan budaya, untuk mendorong bersama kegiatan ini secara bergotong royong dalam rangka mendukung secara bersama-sama mendukung kegiatan kebudayaan secara lebih sistematis untuk turut mendorong terlaksananya UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan di Indonesia,” sambungnya.

Adapun detail program dalam lokasi pelaksaaan SAF 2019 yang akan dilaksanakan dari tanggal 19 hingga 31 Agustus mendatang menurut Direktur Festival SAF 2019 meliputi kegiatan pra-festival dan festival yang akan dilaksanakan di Kota Padang, Kota Solok, Kota Payokumbuh, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Sijunjung. Kegiatan pra-festival berupa Penulisan dan Penerbitan Ensiklopedia Silek Minangkabau serta Riset Visual dan Dokumentasi Silek Minangkabau.

Sedangkan untuk Kota Padang akan dilaksanakan Pemukaan SAF 2019, Semiloka Transformasi Silek dalam Karya Seni, Pameran Seni Visual, Pameran Arsip dan Dokumentasi Silek Minangkabau, Gelanggang Seni Pertunjukan, Penghargaan untuk Maestro Silek, Lomba Komik Silek, Lomba Video.

Di Kota Solok akan dilaksanakan Seminar Internasional Silek yang akan menghadirkan beberapa pembicara dari Inggris, Amerika, Malaysia, Mesir, dan Indonesia sendiri. Sedangkan untuk lokasi pelaksanaan di Kabupaten Sijunjung akan dilaksanakan kegiatan Workshop Belajar Bersama Maestro, Parade silek Pelajar, Pameran Atribut Silek, Mambukak Galanggang, Peragaan Silek, Kesenian Anak Nagari, Pemutaran filem bertema Silek, Pertunjukan tuo-tuo Silek, Pertunjukan Kesenian Anak Nagari, dan Pemberian penghargaan untuk Tuo Silek.

Sedangkan di Payokumbuh akan dilaksanakan Payokumbuh Alek Silek (PAS) yang juga mempunyai berbagai rangkaian kegiatan. Untuk penutupan SAF 2019 disepakati akan dilaksanakan di Kabupaten Agam, tepatnya di Pakan Rabaa, Nagari Koto Kaciak, Maninjau.

Beberapa agenda pun akan disebar di beberapa tempat di Kabupaten Agam berupa kegiatan, Makan Bajamba, Parade Gandang Tambua, Pertunjukan Musik Islami, Pertunjukan Tuo Silek, Pameran Atribut Silek, Kesenian Anak Nagari, Dialog Sinergisitas Silek, Parade Silek Pelajar se Agam, pertunjukan Silek Galombang, dan Penghargaan Maestro Silek/pembagian hadiah.

Ediwar menjelaskan bahwa proses kerja Tim Produksi SAF 2019 merupakan terusan dari program yang disusun oleh Tim Kurator, dengan kesepatan antara Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, dinas terkait di kabupaten-kabupaten, dan tim dari Indonesiana, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penyusunan program tersebut berlangsung dengan alot dalam jangka waktu yang bisa dikatakan cukup panjang.

“Seluruh rangkaian program tersebut mempertimbangkan kebutuhan untuk konten SAF 2019, keterlibatan daerah, keterlibatan seniman dan budayawan, upaya untuk mefasilitasi hal-hal yang terkait dengan konten silek sesuai dengan kemampuan kerja dari Tim Produksi dan

ketersediaan segala penunjang untuk pelaksanaan program-program tersebut,” terang Direktur Festival SAF yang juga merupakan dosen di ISI Padangpanjang tersebut.

Festival budaya secara konseptual berpotensi menjadi ajang untuk menguatkan karakter budaya bangsa. Festival juga dapat menjadi wahana untuk menumbuh-kembangkan identitas budaya yang memperlihatkan bukan hanya keunikan melainkan juga ketersambungan daerah, memberikan lahan yang subur bagi tumbuh-kembangnya sinergi antarpemangku kepentingan, sehingga mendorong efisiensi penyelenggaraannya.

SAF sendiri dengan basis pengetahuan tentang silek sebagai konsep besar diharapkan menjadi pengetahuan bersama khususnya bagi masyarakat Sumatera Barat. Melalui kegiatan gotong- royong tersebut, diharapkan pengetahuan tentang silek dan pentembangan silek dalam segala lini kehidupan masyarakat Sumatera Barat dapat didistribusikan dalam berbagai bentuk pada masyarakat luas. Melalui Silek Arts Festival, yang bekerjasama dengan platform Indonesiana, diharapkan juga pihak-pihak yang bergotong-royong akan membentuk dan memperoleh cara serta fasilitas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan budaya. Pelaku budaya akan membentuk dan memperoleh jalan untuk memantapkan pengembangan kegiatan budayanya. (rel/hdp)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top