Sejarah

Ruhana Kuddus, Inilah Kisah Sang Pahlawan Jurnalis Itu

Dibaca : 1.0K

Padang, Prokabar – Rohana Kudus, selalu ditulis begitu, yang benar, Roehana Koeddoes, dalam ejaan sekarang menjadi Ruhana Kuddus, adalah wartawati yang gelisah. Pada awal abad lalu, sezaman dengan Sa’adah Alim, pemimpin redaksi Suara Perempuan

Ruhana adalah pemred Koran Soenting Melajoe milik Datuk Sutan Maharaja orang Sulik Aie, sedang Ruhana anak nagari Koto Gadang, Agam. Koto Gadang, adalah negeri paling maju pendidikannya di Minangkabau.
Soenting Melajoe merupakan Koran perempuan pertama di Indonesia, terbit 1912. Di Koran ini sering muncul perdebatan soal kesetaraan gender dan perdebatan soal pergaulan.

Wartawati ini lahir di nagarinya, pada 20 Desember 1884 dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1972 di Jakarta dalam usia 87 tahun. Ayahnya bernama Mhd Rasjad Maharajadja Soetan dan ibunya Kiam. Sutan Sjahrir yang terkenal itu adalah kakak tirinya. Sepupu Haji Agus Salim dan demikian masih family Emil Salim.

Ruhana selain wartawati adalah juga pegiat pendidikan, bisnis dan politik. Semas hidup, Ruhana menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974), pada Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Pada 6 November 2007 pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama. Dan Insya Allah besok, 8 November dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Sumatera Barat merupakan penyumbang pahlawan terbanyak di Indonesia di luar Jawa. Dari sekian banyak dua adalah wartawan, yaitu Abdul Muis dan Ruhana Kuddus. Abdul Muis adalah juga sastrawan. (nrs)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top