Budaya

Pendidikan Surau Tetap jadi Solusi Bangkitkan Minangkabau Kekinian


Oleh : Rudi Yudistira (Wartawan Muda)

Dibaca : 1.4K

Agam, Prokabar – Buya Hamka dalam Bukunya “Ayahku” menceritakan, Tuanku Nan Tuo menyiarkan Islam berpusat di Koto Tuo, Balai Gurah, Kecamatan Ampek Angkek.

Meski demikian juga menyiarkan Islam di Lareh Ampek Koto (Kecamatan Tanjung Raya) yang berpusat di Jorong Nagari, Kenagaraian Sungai Batang, peradapan Islam lahir dengan dilanjutkan generasi penerusnya.

Saat tokoh Padri perintis Tarikat Cangkiang atau Tarikat Naqsabandiyah itu meninggal, langsung digantikan cucunya, Syekh Muhammad Amrullah hasil pernikahan anaknya Siti Saerah dengan minantunya Syekh Abdullah Saleh atau Syekh Guguk Katur.

Tuanku Nan Tuo Cangkiang sendiri mendapatkan pendirikan melalui Tuanku Mansiang Nan Tuo yang berguru kepada Syekh Burhanuddin di Ulakan.

Pola pendidikan pemondokan yang memusatkan masjid atau surau sebagai pusat pendidikan Ilmu Pengetahuan.

Jadi, surau tidak hanya pusat pendidikan Agama Islam semata, jauh lebih lengkap segala ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.

Namun, semuanya tetap merujuk pada Al Quran dan Hadis. Semua ilmu harus tetap merujuk dan tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Sesuai moto Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Syekh Burhanuddin memberikan ruang dan waktu untuk belajar, kepada semua kelompok di berbagai wilayah Minangkabau maupun luar daerah.

Belajar menuntut ilmu Agama Islam dan ilmu pengetahuan umum dengannya. Para santri itu diberi kesempatan mendirikan surau kecil dan pemondokan sendiri mengelilingi Surau Gadang milik Syekh Burhanuddin.

Menurut Profesor Duski Samad dalam penelitiannya menyebutkan, Pemondokan Pola Surau ini tidak hanya pendidikan biasa, bahkan setara Universitas yang berkembang saat ini.

Semakin hebat dan luas ilmu pengetahuan seorang Guru setara ulama di Surau itu, maka akan semakin hebat pula kemajuan dan perkembangannya.

Pola Pendidikan Surau ini pula lah yang akhirnya melahirkan generasi emas Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia seperti Tuanku Imam Bonjol, Haji Agus Salim, M. Hatta, M. Natsir, Buya Hamka, Rasuna Said, Tan Malaka dan sebagainya.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top