Internasional

Inspirasi Muhammad Ali: Kemenangan Terbesarnya Ada Diluar Ring, Perjuangan Mengenalkan Islam

Former world heavyweight boxing champion Muhammad Ali prays in the mosque he built at his former training camp in Deer Lake, Pa., June 5, 1991. (AP Photo/Richard Drew)

Dibaca : 1.8K

Jakarta, Prokabar – Muhammad Ali adalah legenda tinju dunia. Tak ada petinju yang bisa menyamai dirinya. Kharisma,poluraitas, dan prestasi. Berhasil jadi pemenang di ring tinju, namun kemenangan terbesar Muhammad Ali justru ada di luar ring tinju.

Tak lain tak bukan adalah saat dia mengamalkan nilai-nilai Islam di Amerika Serikat.”Ali melakukan lebih banyak hal untuk Islam di negara ini dibandingkan banyak muslim lainnya dalam sejarah Amerika Serikat.”

“Ali pernah bertanya apakah seseorang bisa menjadi muslim dan warga Amerika di saat yang sama. Ya, dia telah menaklukkan pertanyaan itu. Dengan kepergiannya, mari berharap pertanyaan seperti itu terkubur sedangkan peninggalan Ali tetap bertahan,” ucap Abdul Hakim Jackson dalam sambutan di tengah prosesi pemakaman Muhammad Ali.

Muhammad Ali adalah salah satu orang terkenal dan berpengaruh di dunia. Bukan hanya sebagai petinju, melainkan sebagai sosok manusia secara keseluruhan. Muhammad Ali memegang teguh keyakinan Islam dan terus jadi sosok yang lantang menentang diskriminasi yang sempat dialami Islam di Amerika Serikat.

Muhammad Ali memeluk Islam di tengah diskriminasi keturunan Afrika-Amerika di Amerika Serikat. “Saya adalah Muhammad Ali, sebuah nama yang berarti kekasih Tuhan, dan saya ingin orang-orang memanggil saya Muhammad Ali,” ucap Muhammad Ali di 1964, momen pertama ia meninggalkan nama Cassius Clay, dikutip dari Mashable.

Sosok Muhammad Ali saat itu tengah menjadi pusat perhatian. Ia jadi juara dunia kelas berat dengan menaklukkan Sonny Liston. Konversi Muhammad Ali memeluk Islam bukan sekadar bentuk mencari sensasi.

Muhammad Ali memeluk Islam dan mengejawantahkan ajaran-ajaran di dalamnya. Salah satu langkah besar Muhammad Ali adalah ketika ia menolak wajib militer untuk Perang Vietnam di 1967.

“Hati nurani saya tidak membiarkan saya menembak saudara saya, atau orang dengan kulit lebih gelap, atau orang-orang kelaparan atas nama Amerika yang sangat kuat. Untuk apa menembak mereka? Mereka tidak pernah mengejek saya, mereka tidak merampas kewarganegaraan saya, mereka tidak memperkosa atau membunuh ibu dan ayah saya. Menembak mereka untuk apa? Bagaimana saya bisa menembak orang-orang miskin?” kata Muhammad Ali saat itu.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top