Tapi yang jelas selama bola itu masih bundar, di sepakbola memang akan selalu muncul fairytale atau “dongeng-dongeng” yang tak terduga. Di akhir kompetisi akan selalu ada cerita tentang happy end atau sebaliknya tragis dan dramatis.
Kompetisi berjalan, fairytile itupun merambat. Tapi sudahlah, Desember sudah masuk. Bulan di penghujung tahun ini adalah bulannya finish kompetisi. Mungkin tak banyak yang bisa diperbuat Semen Padang dalam situasi sulit sekarang.
Satu persatu lawan sudah masuk garis finish untuk tetap eksis di kasta kedua, bahkan sudah ada yang mendapat tiket lolos ke babak berikutnya, Sementara, Semen Padang masih tertatih-tatih untuk mencapai garis itu.
Terseok-seok dengan sisa-sisa tenaga dan semangat yang masih ada. Entah sampai entah tidak di garis aman itu ketika tim bernama KS Tiga Naga yang hanya butuh hasil imbang bersiap menghadang, siapa yang tahu?
Pastinya tak ada pendukung Semen Padang yang ingin “tragedi” 12 November 2017 dan musibah 13 Desember 2019 itu terulang kembali pada 29 November 2021, sehari jelang Ulang Tahun klub ke-41
Tak ada yang suporter Semen Padang yang ingin moment 41 tahun klub ini, ‘dirayakan” dengan sebuah catatan paling kelam sepanjang sejarah, terdegradasi ke Liga 3 alias amatir.
Tidak banyak yang diminta pendukung klub, bisa bertahan di Liga 2 adalah sebuah capaian yang lebih dari juara. Semuanya berharap pelatih dan pemain tetap berjuang sampai akhir, sampai titik maksimal yang bisa dilakukan.
Semoga November Rain 2017 yang menjadi Desember Kelabu 2019, tak kembali menjadi November Rain 2021.(*)