Pendidikan

Merayakan Kebebasan Berpikir DI Akhir Tahun 

Dibaca : 1.1K

Padang, Prokabar – “Kami sudah merdeka sebelum Indonesia menjadi negara merdeka“, kata Dr. Ivan Adilla mengutip akan betapa pentingnya mengingat dan membaca kembali karya-karya A.A. Navis yang berjuang akan kebebasan dan pentingnya kemerdekaan dalam berpikir, termasuk mencemooh bentuk-bentuk otoriter dalam kehidupan.

Hal itu diungkapkan peneliti dan penulis Ivan Adilla dalam rangkaian penutupan Festival Kado Akhir Tahun untuk A.A. Navis pada Kamis, (30/12) malam di Pustaka Steva Nanggalo, Padang.

Sebelumnya, selama dua bulan secara berturut-turut, Pustaka Steva bersama Sumatra Institute telah menggelar berbagai diskusi dan kajian tentang karya-karya dan kehidupan A.A Navis, penulis dan budayawan Indonesia yang berasal dari Minangkabau.

“Hal yang paling saya ingat dari A.A. Navis adalah ia seorang wartawan, orang yang gelisah melihat sesuatu yang tidak benar, terutama menyangkut pemerintahan dan rakyat kecil. Hal ini yang belum ada tandingannya hingga hari ini,,” kenang wartawan senior dan penulis sejarah Khairul Jasmi mengingat sosok Navis.

Sebelum A. A. Navis tutup usia pada tahun 2003, tokoh literasi Indonesia Yusrizal KW mengatakan bahwa ia banyak berinteraksi dengan A. A. Navis. “Sumbangsih A. A. Navis terhadap intelektualitas di Indonesia banyak, terutama untuk menumbuhkan semangat orang-orang muda. Dia mencintai anak-anak muda, dan dia membantu apa saja.

“Festival ini kami adakan karena sudah tak banyak lagi yang mengenang karya A. A. Navis. Navis terlupakan justru di zaman dan kondisi yang ditentangnya. Ototriter dan kebodohan,” kata Uyung Hamdani, direktur Festival Kado Akhir Tahun untuk Navis. Menurut Uyung lagi, gagasan ini akan diadakan Pustaka Steva dan Sumatra Institute tiap tahun.

Pada malam puncak festival ini, Robby W. Riyodi Bersama bonekanya Ge menampilkan dongeng dengan tema Pak Mentri Mau Datang, adaptasi dari sebuah cerpen A.A. Navis tentang bagaimana sibuknya orang-orang di daerah menyambut mentri yang akan berkunjung ke daerah mereka hingga sekolah diliburkan dan anak-anak sekolah harus diikut sertakan dalam pawai menyambut Pak Mentri yang pada akhirnya memang tidak jadi datang. Pada penutupan festival ini juga diisi pembacaan puisi oleh Renjana Jiiwatrisna, M Andreanda Dwi Putra, akustik oleh grup UKS Unand,UKKES UNP dan Dangau Studio.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top