Daerah

Dibawah Guyuran Abu Vulkanik, Rintihan Petani di Kaki Gunung Marapi


Sudah tiga bulan sejak erupsi besar tanggal 3 Desember 2023 lalu, aktivitas vulkanik Gunung Marapi belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Bahkan akhir-akhir ini menunjukan peningkatan aktivitas.

Dibaca : 415

Paninjauan, prokabar – Sudah tiga bulan sejak erupsi besar tanggal 3 Desember 2023 lalu, aktivitas vulkanik Gunung Marapi belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Bahkan akhir-akhir ini menunjukan peningkatan aktivitas.

Dari data Pos Pengamatan Gunung Api (PGA), Aktivitas Marapi meningkat sepanjang awal bulan ini. Pada 1 Maret, Marapi sekali erupsi dan 74 kali alami hembusan. Kemudian pada 2 Maret, Marapi 11 kali erupsi dan 46 kali hembusan.

Pada Minggu (3/3), 13 kali erupsi dan 63 kali alami hembusan. Gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu mengalami 26 kali erupsi dan 207 hembusan hingga Senin (4/3/2024) pukul 06.00 WIB.

Kondisi ini semakin membuat resah masyarakat di sekitar gunung berketinggian 2891 dpl itu, yang hampir setiap hari berhadapan dengan guyuran abu vulkanik. Terutama kalangan petani yang sangat mengalami dampaknya kepada tanaman mereka.

Salah satu nagari yang paling marasai diguyur abu vulkanik adalah Paninjauan, Kecamtan X Koto Tanah Datar, yang berada di kaki gunung bagian selatan. Tiap hari diguyur abu vulkanik atau lazim disebut kapundan, membuat mayoritas masyarakatnya yang hidup sebagai petani sangat menderita.

Tanaman sayur-sayuran yang menjadi andalan pendapatan mereka, sudah pasti mengalami kerusakan. Bahkan, tanaman yang sudah tumbuh subur pada akhirnya gagal panen. Hal ini membuat mereka hanya bisa merintih dalam kepasrahan.

“Mau bilang apa lagi, sudah jalannya seperti ini. Kami hanya bisa berharap dan berdo’a agar kapundan Marapi ini segera berhenti.”ucap Firdaus, salah seorang petani yang lahan pertaniannya rusak dilanyau abu vulkanik.

Menurutnya jenis tanaman yang tak tahan dari abu vulkanik yang bersifat daun, seperti sawi, seledri, kol, tomat. “Kalau sudah terkena kapundan biasanya langsung layu. Apalagi kalau ditambah cuaca panas akan langsung kering dan hangus.”katanya.

Lain lagi cerita Amirudin, yang tetap berinisiatif memanen sayuran yang penuh abu kapundan, lalu mencucinya. Tapi hal itu tak banyak menolong, karena sayuran tak lagi segar dan harganyapun turun drastis.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top