Seperti yang dia katakan kepada FIFA bertahun-tahun kemudian: “Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang terjadi pada saya. Saya pikir ‘siapapun di atas sana’ baru saja memutuskan bahwa Toto Schillaci akan menjadi pahlawan seluruh Italia.”
Namun, Toto merasa sangat terpukul Italia gagal juara dunia di rumah sendiri. Kegagalan itu juga yang membuat Schillaci, menurut pengakuannya, dia menghabiskan waktunya dengan merokok dan menangis hampir sepanjang hari.
Bahkan dengan senang hati, Schillaci mengaku bersedia andai gelar Pemain Terbaik yang didapatkannya ditukar dengan trofi Piala Dunia keempat bagi Italia.
Nama Schillaci barangkali takkan seharum Giuseppe Meazza, Luigi Riva atau Paolo Rossi yang jadi sukses mematri namanya sebagai penyerang legendaris Italia.
Tapi empat pekan gemilang di musim panas 1990 itu bakal selalu dikenang publik sepak bola dunia sebagai momen di mana Schillaci muncul sebagai bintang utama di turnamen sepak bola antarnegara paling bergengsi di jagad raya.(*)