Sulawesi Utara, Prokabar.com – TKA asal China kuliti dan santap buaya 3 meter dijadikan sop.
Beredar foto dan video di media sosial seekor buaya 3 meter terikat dan menjadi pertunjukan para penambang. Peristiwa itu terjadi di kawasan industri, pertambangan nikel di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Rabu (25/8).
Kasus tersebut diselidiki langsung oleh Balai Konservansi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara (Sultra). Kepala BKSDA Sakrianto Djawie mengatakan kelakukan TKA China membunuh buaya itu adalah kesalahan besar. Karena buaya merupakan satwa yang dilindungi sesuai Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
“Kami sudah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum dan langsung menurunkan tim ke lokasi tambang yang menurut infotmasi kami terima adalah tempat kejadian penemuan buaya. Seperti yang viral di mesia sosial, kalau sudah dikuliti dan dibunuh,” kata Sakrianto, mengutip dari CNN, Kamis (26/8).
BACA JUGA :
-
Kembali Pemerintah Terima Bantuan Alat-Alat Kesehatan dari China
-
Rilis Rancangan Aturan Teknologi Baru, Saham Teknologi China Anjlok
Sakrianto juga menyampaikan daging buaya itu habis disantap termasuk tulang dan kulitnya dijadikan sop. Selain itu, TKA yang menyantapnya tidak bisa berbahasa Indonesia.
“Keterangan sementara (TKA) tidak tahu bahwa buaya itu dilindungi, tapi mungkin besok kita panggil yang bertanggung (pelakunya) karena mereka tidak tahu bahasa Indonesia. Besok mereka akan didampingi penerjemahnya, pelakunya ada lima orang,” kata Sakrianto.
Kini, buaya jenis muara itu dalam kondisi sekarat. Hal itu bisa jadi karena pengaruh limbah pabrik yang masuk ke rawa sebagai habitat buaya tersebut.
BACA JUGA :
-
Dramatis! Tumbangkan Pasangan China, Greysia Polii/Apriyani Cetak Sejarah Lolos ke Semifinal Olimpiade
-
Perdana! Wakil Presiden AS kunjungi Singapura Tangkal Pengaruh China
“Daerah Morosi itu kan banyak rawa, sungai juga ada. Habitat buaya di situ, tapi sudah rusak karena adanya aktifitas pertambangan di situ, akhirnya dia naik ke darat,” ungkap Sakrianto.