Daerah

Seminar Moderasi Beragama : Jangan Karena Kerdil Memahami Agama, Merusak Keutuhan Bangsa

Dibaca : 457

Padang, Prokabar – Negara Republik Kesatuan Indonesia (NKRI) dilahirkan di atas kenyataan perbedaan-perbedaan. Atas keinginan lepas dari kolonialisme, membangun kehidupan yang damai, dengan semangat nasionalisme, para aktivis politik kemerdekaan berjuang memerdekakan diri. Hingga kini, memasuki abad serba digital, Indonesia telah berusia 78 tahun, begitu banyak tantangan agar tetap utuh. Anak bangsa-negara (nation-state) harus merawat dengan memelihara, menjaga dan membuat Indonesia relevan dengan era serba kolaborasi ini.

Demikian benang merah dari Seminar Moderasi Beragama yang bertajuk Mahasiswa Moderat Era Digital, yang digelar Universitas Islam Negeri (Imam Bonjol) Padang, di Ballroom Grand Zuri Hotel (GZH), Minggu (22/10).

“Era digital itu mengkhawatirkan, jika gerakan literasi berhenti, mahasiswa tidak dengan persatuan dan kesatuan bangsa. Begitu banyak hal yang menggerogoti pilar-pilar kebangsaan kita. Khusus di sosial media, kita setiap hari disuguhkan kebencian, berita palsu, hingga caci-maki. Ini mengerikan, lebih-lebih kepentingan politik kekuasaan Pemilu 2024,” ujar Ketua Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Imam Bonjol Padang, Muhammad Taufik, S.Ag, M.Si di hadapan 150 mahasiswa terpilih sebagai peserta.

Kandidat doktor Sosiologi Unand ini mengajak mahasiswa untuk berpikir terbuka (open minded) terhadap perbedaan sebagai anugrah ilahi. Mambangun toleransi sejak dalam pikiran, serta jangan mudah terprovokasi dengan fakta-fakta semu dari sosial media, yang menggiring perpecahan antarsesama. Indonesia perlu dirawat melalui pemahaman keagamaan yang moderat.

“Banyak kasus, kenapa seseorang menjadi radikal dan liberal. Semua itu berangkat dari intelektualisme, literasi dan kondisi hidup yang memaksa berada pada titik tersebut. Mari belajar terus menerus, memahami perbedaan merupakan perintah agama. Agar kita bisa bersyukur dengan keadaan yang telah diberikan ini, hingga tidak terjebak pada kondisi yang rumit dalam beragama,” ujar santri jebolan Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, ini.

Halaman : 1 2 3

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top