Daerah

Salam Hormat Untuk Warga Malalak Utara

Dibaca : 453

Oleh : Nofal Wiska

Dari pipi Gunung Singgalang, sebuah nagari bernama Malalak Utara, lahir sebuah kisah yang melembutkan sisi kemanusiaan kita.
Puluhan warga mengembalikan beras bantuan dampak wabah corona. Salah satunya Opet, nenek berusia 74 tahun.

“Dek Amak lai ado, untuak duo bulan makan lai, agiahan ka nan mambutuhkan,” kata nenek.

Repoter bertanya, apakah dia rela.

“Amak rela, takana dek amak, urang nan baranak ketek-ketek, macari indak bisa, jatuah ka paruik aie mato,” katanya sembari mengurut dadanya.

Nenek ini adalah satu dari 130 warga di Malalak Utara itu, yang merasa ada dunsanak mereka yang lain yang lebih membutuhkan. Di nagari penghasil kayu manis ini, tanpa kita tahu, solidaritas sosial dibangun dalam diam.

Apakah Mak Opet ini orang yang berpunya secara ekonomi? jawabannya, tidak. Namun prinsipnya mungkin, beras, uang dan harta benda tidak dibawa mati.

Maka mereka yang berada di ujung negeri itu, mengajarkan kita tentang soliditas dan solidaritas sosial.

Dalam sejuknya embun di Singgalang, masih ada mereka yang mengajarkan empati kepada dunia. Bahwa hidup itu bukan hanya soal mencari dan memiliki, tapi berbagi dan memeluk hati orang lain.

Oleh pemerintah jatah yang masing-masing warga diberi 10 Kg. Ketika dikembalikan, dibagi menjadi masing-masing 5 Kg dan kemudian didisribusikan lagi.(*)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top