Bola

Obituary Toto Sudibyo: Gibol Sejati yang Cinta Matinya Hanya untuk Semen Padang FC


Ir. Toto Sudibyo, mantan Direktur Produksi PT. Semen Padang  dan mantan Komisaris Utama Semen Padang FC itu sudah berpulang. 

Alm. Ir, Toto Sudibyo. (foto: PTSP)

Dibaca : 2.5K

Penulis: Rizal Marajo

Lama sekali tak terdengar kabarnya, dan komunikasipun sudah terputus bertahun-tahun. Hari ini, Rabu (18/8), saya mendapat kabar, dia sudah tiada, dipanggil Sang Khalik di RS Hermina Depok. Innalillahi Waina Ilaihi Rojiun.

Ir. Toto Sudibyo, mantan Direktur Produksi PT. Semen Padang itu berpulang. Yang saya tahu, dia menderita sakit beberapa tahun terakhir, dan itu pula yang membuat saya kehilangan kontak dengan pria tegas dan lugas itu.

Cukup banyak kenangan saya dengan pria yang akrab disapa Pak Totok itu. Kami disambungkan oleh sepakbola tau lebih spesifiknya, Semen Padang FC. Dia figur penting di jajaran manajemen Semen Padang FC dan dibalik nama besar Semen Padang FC, khususnya sejak awal milenium  2000.

Pria yang saya pastikan sangat mencintai sepakbola, atau mungkin levelnya sudah sampai pada tergila-gila pada sepakbola. Soal sepakbola, saya tahu cinta matinya hanya untuk Semen Padang FC.

Saya mulai dekat dengan Toto, ketika dia sebagai Ketua I Semen Padang FC, mengajak saya mengikuti pertandingan away Semen Padang FC tahun 2002 ke Bandung dan Cilegon, menghadapi Persib Bandung dan Pelita Krakatau Steel di kompetisi Liga Indonesia.

Tak tahu kenapa, dia sedikit perhatian kepada saya. Mungkin karena saya sering menulis seputar Semen Padang FC, entah itu berupa analisis, masukan, atau kritik.

Di sela kesibukannya, dia cukup sering mengajak saya berdiskusi soal Semen Padang FC. Dari situ saya tahu, dia punya obsesi yang tinggi untuk tim Semen Padang FC, sekaligus “menikmati” hari-harinya mengurus “Kabau Sirah”.

Tak selalu mulus, pernah juga dia menelpon saya jam 12 malam, karena tak senang dengan tulisan kritik saya tentang Semen Padang FC tahun 2007, yang dimuat di harian Singgalang. Gulanya sedikit naik, nadanya juga agakt tinggi.

Saya tanggapi santai, sambil menjabarkan argumen mengapa saya menulis seperti itu. Walau debat cukup sengit, tapi akhirnya dia memahami.

Setengah bercanda saya tawarkan untuk menggunakan hak jawab, saya akan sedikan porsi dan halaman yang sama dengan tulisan saya. “Sudahlah, saya sudah pasti kalah berpolemik dengan Anda.”ujarnya.

Halaman : 1 2 3

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top