Nasional

Menuju Akhir Jabatan, Presiden Jokowi Harus Netral, Jangan Cawe-cawe Urusan Pemilu 2024

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin

Dibaca : 631

JAKARTA – Pengamat politik Ujang Komarudin berharap, menuju akhir masa jabatannya sebagai presiden, Joko Widodo (Jokowi) lebih baik bersikap netral alias berada di tengah-tengah.

Sebab menurut dia, kurang tepat jika posisi Jokowi masih sebagai Kepala Negara, ikut cawe-cawe dalam urusan calon presiden (Capres) Pemilu 2024.

“Pak Jokowi menjadi negarawan saja, agar saat landing menjadi presiden di Oktober 2024 itu nantinya dengan bagus. Di tengah saja, bijaksana saja, jadi negarawan saja itu,” kata Ujang kepada awak media di Jakarta, Rabu (31/5/2023) menyikapi pergerakan politik Presiden Jokowi menjelang Pemilu 2024.

Terlebih, lanjut Ujang, dengan posisinya sebagai presiden tentu memiliki kuasa. Karena dikhawatirkan kuasa yang ada bisa mempengaruhi hasil pemilu atau bisa mengkondisikan pemenangan capres dan cawapres.

“Kalau itu dilakukan, maka itu bagian daripada abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang dan itu yang tidak diharapkan,” ujarnya.

Dosen tetap Universitas Al Azhar Indonesia ini menyebut, ketika kepala negara melakukan cawe-cawe terhadap pemilihan presiden dan bahkan menggunakan struktur dan infrastrasiktur negara, maka akan menimbulkan masalah sendiri.

Sebab, lawan politik pasangan yang didukung kepala negara akan merasa dicurangi dan menyebabkan permasalahan baru pasca pemilu.

“Karena yang kalah akan menganggap ini dicurangi, dikadali oleh yang namanya cawe-cawe tersebut,” jelas Ujang sembari mengingatkan agar Presiden Jokowi lebih baik netral terhadap pemilihan presiden.

Jadi, menurut Ujang, kalau Jokowi mengklaim atau menyebut cawe-cawe-nya dalam pemilu untuk kepentingan yang lebih besar adalah tidak benar.

“Yaitu kepentingan-kepentingan Jokowi saja, bukan kepentingan bersama, bukan kepentingan negara, kepentingan politik saja begitu,” tegasnya lagi.

Ujang mencermati kalau Jokowi menyatakan bakal cawe-cawe dalam pemilu, karena akan terjadi peralihan kekuasaan dari rezimnya ke rezim penggantinya.

Sehingga Jokowi ingin memastikan penggantinya nanti betul-betul orang dari kelompoknya, bukan di luar kelompoknya.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top