Jakarta, Prokabar – Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mengapresiasi kontribusi dan kerjasama Lembaga Dakwah Islam Indonesia dengan pemerintah.
Yaqut Cholil mengatakan jumlah umat Islam Indonesia lebih dari 80 persen penduduk Indonesia.
Apabila ukhuwah dan sinergi antarumat Islam terwujud, maka masalah kesatuan persatuan bangsa sudah selesai.
“Saya sampaikan di awal, Kementerian Agama (Kemenag) RI milik semua agama. Di dalamnya ada agama Islam.”
“Ada ribuan ormas di bawah naungan Kementerian Agama, seperti NU, Muhammadiyah, dan LDII.”
“Saya mendukung sinergi dan kerjasama antarormas Islam dengan Kemenag dalam membangun ukhuwah Islamiyah,” kata Yaqut Cholill
Baca Juga:
- 22 Terduga Teroris Hasil Operasi di Jatim Digelandang ke Jakarta
- Polri dan KPI Bahas Persiapan Hari Penyiaran Nasional
- Temui Kabareskrim, KKP Minta Dukungan Tegakkan Hukum di Sektor Perikanan
Yaqut Cholil menuturkan agama dan negara sejatinya saling membutuhkan dan saling mengokohkan untuk mewujudkan peradaban suatu bangsa.
Kemenag RI mendukung penguatan identitas keagamaan.
“Penguatan identitas keagamaan di satu sisi dan penguatan identitas kebangsaan di sisi yang lain tidak boleh tepisah, apalagi bertentangan.”
“Konsep itu harus tetap dalam satu kotak untuk melahirkan moderasi beragama dan bernegara,” ujarnya.
Hanya karena perbedaan khilafiah antarsesama agama Islam, bahkan perbedaan etnis dan agama seharusnya tidak menghambat terwujudnya persaudaraan sebagai sebuah bangsa.
Baca Juga Milenialisme.com
- Kosmetik Mahal, Perhatikan Tips Cantik Ini
- Empat Fungsi Rendang Khas Minangkabau
- Hoax Menjamur, Media Komunitas Solusi untuk Pembaca
“Justru kesalehan beragama dan loyalitas bernegara harus saling mendukung satu sama lain.”
“Dengan kata lain, kita bisa menjadi umat saleh sekaligus warga negara baik,” ujarnya.
Banyak program yang bisa bersinergi dengan ormas-ormas. Mulai dari kemandirian pesantren dan pengembangan madrasah kita bisa sinergikan.
“Setelah Munas LDII nanti kita akan sinergikan kembali dan duduk bersama membahas teknis dengan Kemenag,”