Nasional

Mendiang August Parengkuan Dalam Kenangan


Catatan Ilham Bintang

Dibaca : 419

Rasanya sulit percaya, tetapi nyata. Ada lima sumber dekat saya konfirmasi tadi, semua membenarkan. August Parengkuan telah tiada. Wartawan senior, generasi pertama Harian Kompas itu mengembuskan nafas terakhir Kamis ( 17/10) pagi pukul 05.50 WIB di RSPAD Gatot Subroto. Di sana juga jenasah mendiang disemayamkan sebelum pemakamannya.
Ia wafat akibat serangan jantung, menurut Tri Agung pimpinan Harian Kompas.

Saya menerima kabar duka ini pertama kali dari wartawan senior Marah Sakti Siregar. Saat baru pulang jogging, Marah Sakti mengirim kabar duka itu via WA. Berita itu sekejap membuat saya terhenyak. Jika sampai waktunya tiada siapapun bisa mengelak.

Masih segar dalam ingatan dua bulan lalu kami bersama-sama selama tiga hari tiga malam di Bali. Menjadi tamu undangan rangkaian acara perkawinan tokoh perfilman Nasional, Raam Punjabi. Dia hadir bersama isterinya, Sonya Parengkuan. Waktu ketemu pertama kali dalam salah satu acara siang, dia mendatangi meja tempat kami duduk. Dia secara khusus menyampaikan apresiasi atas “ obituari” yang saya tulis mengenai mendiang P. Swantoro, juga mendiang pimpinan Kompas.
“ Oo Anda sempat baca yah,” saya tanya. “ Iya, obituari itu kan viral di keluarga Kompas, “ ujarnya.

Meski terpaut usia 10 tahun, dan dari media yang berbeda “ideologinya” tetapi dengan August Parengkuan saya bersahabat puluhan tahun.
August berasal dari Maluku, lahir di Surabaya, tetapi dia bersekolah di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Dia dibesarkan dalam kultur masyarakat Bugis Makassar. Kedekatan kultur itu juga menjadi perekat persahabatan kami. Kami tertawa terbahak bahak ketika mengantri di ruang rias acara Bali. Mengantri dipasangi ubel-ubel India.

Di organisasi PWI, August aktif sejak lama. Terakhir sebagai penasehat. Dalam rapat-rapat di PWI itu juga kami sering berdiskusi, bertukar pikiran. Setelah purna tugas sebagai Dubes RI di Italia, kantor yang sering disambangi adalah PWI. Inilah cerita ketika bertandang ke PWI beberapa bulan lalu, yang saya khawatir itulah kunjungan terakhirnya.

Halaman : 1 2 3

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top