Film

Jadi Wanita Menyebalkan di Film 22 Menit, Ini Pembelaan Ardina Rasti

Dibaca : 380

Jakarta, Prokabar – Film aksi 22 Menit ajak awak media nonton premier di Epicentrum XXI di Jalan H Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (16/7). Tayangan film selama 75 menit ini menampilkan suasana saat kejadian bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Januari 2016 lalu.

Detik-detik kejadian yang dikemas sutradara Eugene Panji dan Myrna Paramita ini sangat dramatis. Terlebih ketika bom pertama kali meledak di sebuah kedai kopi ternama. Di tempat inilah banyak nyawa yang terenggut.

Selain menampilkan bagaimana kesigapan polisi dalam meringkus para teroris, ada sisi lain yang ingin disampaikan. Seorang wanita bernama Desi yang diperankan Ardina Rasti begitu menggemaskan.

Rasti (panggilan Ardina Rasti) mewakili perempuan yang menjengkelkan. Mengapa? Karena dia terlalu meremehkan tugas polisi lalu lintas. “Di sini aku berperan sebagai Desi. Bisa dibilang jadi salah satu yang menyebalkan di 22 Menit ini,” aku Rasti sambil tertawa.

Dituntut menjadi wanita yang tak patuh lalu lintas, Ranti teringat ‘nakalnya’ saat mengemudi. “Iya sih suka pegang HP pas lagi nyetir padahal itu kan nggak boleh. Karena membahayakan kita dan pengguna jalan lain,” aku Rasti yang tak pernah melakukan hal itu lagi.

Pendalaman karakter pun dilakukan Rasti dengan melihat viral pemberitaan tentang wanita yang melakukan penganiayaan terhadap polisi. Seperti seorang ibu yang menggigit dan memukul polisi karena ditilang.

“Nah aku pelajari dari pelaku yang viral karena gigit polisi gara-gara ditilang. Aku ngikutin bawelnya. Jadi mewakili emak-emak yang bawa mobil, nggak terima kalau ditilang padahal salah juga,” akunya sambil tertawa lepas.

Pengalaman lain yang tak kalah seru ketika Rasti menjadi korban bom yang saat itu berada di dalam pos polisi. “Jadi aku itu kan lagi ngebawelin polisi karena melanggar lalu lintas. Nggak taunya aku jadi korban bom di dalam pos polisi,” bebernya.

Saat syuting berlangsung, Rasti mengaku butuh perjuangan. Dua jam sebelum pengambilan gambar, Rasti harus sudah berada di lokasi. “Jadi prosesnya tiap kali take dua jam harus subuh-subuh dibuat luka kaki terkena bom. Keren banget. Mirip,” aku Rasti.

Gara-gara kakinya dibuat seperti kena luka bakar, Rasti jadi bahan perhatian turis luar negeri yang melintas di sana. “Saat nunggu take kan di luar pospol. Ternyata kaki aku itu jadi bahan perhatian bule-bule yang mengira aku korban apa gitu,” selorohnya. (beb)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top