Opini

In Memoriam H. Boy Lestari Dt. Palindih. Sepasang Kekasih Telah Pergi Saat Pandemi


Oleh : ABDULLAH KHUSAIRI

Dibaca : 3.3K

Ketua Gerakan Seribu (Gebu) Minang Sumbar, H. Boy Lestari Dt. Palindih berpulang, Pukul 05.5 Wib. Sabtu (9/1). Tokoh yang sangat populer. Hampir semua orang kenal dengannya. Pengusaha sukses yang religius. Sumbar berduka.

Satu dari sekian banyak yang kenal itu, adalah saya. Kenal dekat dan akrab. Saling memuji, kadang juga saling kritik tetapi jarang bertemu. Sama-sama sibuk tetapi saling bersahutan di lini masa dan ruang group percakapan. Kadang bagarah, kadang serius, kadang berdebat.

Dia orang baik. Kepada siapapun, senyumnya sumringah. “Anak muda, jadi jurnalis itu juga berdakwah. Namamu sangat bagus,” ujarnya suatu kali. Entah tahun berapa, lama sekali. Ketika itu, saya bertandang ke kantornya. Banyak wartawan yang dekat dengannya, saya salah satunya. Ada-ada saja komentar yang membuatnya harus tampil di media massa.

“Inyiak itu da’i dengan dakwah bil baliho,” ujar saya suatu waktu. Tawa khas itu keluar. Minuman dihidangkan. Ruang kerjanya memang tak sepi dengan tamu, dari berbagai kalangan. Kami bisa tertawa lepas. Saya tahu, dalam lisan Arab, bil baliho harusnya dibaca bil balihi, tetapi saya tak peduli karena fenomena dakwah islamiyah lewat baliho. Padahal baliho biayanya mahal. Hanya untuk kampanye dari politisi dan produk yang bisa begitu, kecuali milik sendiri seperti dirinya. Baliho itu juga berasal dari bahasa arab, baligha, artinya menyampaikan. Sama hal dengan i’lan, artinya pengumuman.

Inyiak kadang-kadang meminta kata-kata untuk dituliskan di baliho-baliho itu. Ditelepon dari jauh, minta pendapat. Kadang juga saya menelpon, memberi masukan dan pemikiran. “Terima kasih, buya,” begitu katanya.

Aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan keagamaan, membuatnya sibuk sekali. Sebagai pengusaha, ia harus mengurus koordinasi dengan anggota pegawainya. Baik di hotel, juga di advertising. Putra Kamang ini menikmati sebagai tokoh publik yang disegani, kenal dengan pejabat-pejabat penting di Jakarta tetapi tak pernah melupakan orang-orang seperti saya.

“Maaf yo, talambek,” ujarnya suatu waktu ketika saya sedang sekolah doktor. Dia selalu senang berbagi, mengerti ketika dibutuhkan. Satu dari sekian banyak orang yang sangat baik kepada saya, adalah Inyiak Indiah.

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top