Daerah

Gejolak Wamena, Perantau Minang: Kami Tidak Tahan Lagi Berlama Disini

Dibaca : 1.5K

Pessel, Prokabar — Kondisi Wamena Papua hingga kini masih bergejolak, ratusan perantau Minang di Papua meminta dipulangkan.

Atas peristiwa kerusuhan di ‘Bumi Cendrawasih’ itu sehingga menewaskan 11 warga Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumbar.

Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM), Zulhendri Sikumbang mengatakan, para perantau menyatakan tidak tahan lagi dengan kondisi yang ada, takut akan keselamatan diri masing-masing.

“Ya, ada sekitar 500 orang. Itu hasil dari koordonasi kami dengan IKM Jayawijaya, kami tidak tahan lagi untuk berlama disini, ” katanya pada Prokabar.com Jumat (27/9) melalui sambungan telepon.

Dari 11 korban itu, 10 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan dua orang yang lainnya kini dinyatakan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.

Selain rasa keamanan, lanjutnya, rumah yang selama ini tempat berlindung, kini telah hangus dibakar. Harta benda telah lenyap. Toko yang dijadikan sebagai teras perekonomian sudah tidak ada lagi.

Perantau juga tidak bisa berlama-lama berada di pengungsian. “Sebab, cuaca di sana sangat dingin. Mereka merasa kasihan dengan anak-anak dan perempuan yang di pengunsian,” ujarnya dengan nada sabak.

Saat ini, semua kebutuhan sehari-hari dan keamanan para perantau Minang di Wamena ditanggung Pemkab Jayawijaya. Mereka menyarankan agar perantau membuatkan tekat untuk pulang kampung.

Kendati demikian, perantau kini tengah menunggu hasil koordinasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Papua.

Sebab, berdasarkan pendataan, terdapat 981 perantau Minang di Papua, dari lima kabupaten/kota di Sumbar. Dari angka itu, 500 ada di Wamena.

“Kelima daerah itu adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Bukit Tinggi, Kota Padang, Pariaman, dan Agam. Tetapi perantau yang paling banyak itu dari Pessel,” ujarnya singkat. (min)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top