Ketua DPRD Sumbar Supardi saat memberikan sambutan
“Saya tidak setuju jika filantropi ini akhirnya berujung pada pembagian bantuan langsung secara instan, yang membuat masyarakat candu dan manja, sehingga malas untuk melakukan hal hal produktif, seharusnya bantuan tersebut menunjang produktifitas masyarakat,” ungkap Supardi di depan pelaku filantropi pada Kamis (7/3/2024).
Supardi juga menekankan agar filantropi ini juga seharusnya dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
“Sekarang sudah saatnya kegiatan filantropi ini menjadi lokomotif mengubah paradigma masyarakat agar tidak hanya berada pada posisi tangan di bawah, tetapi targetnya masyarakat penerima bantuan dalam jangka waktu tertentu berada pada posisi tangan di atas,” tegas Supardi.
Kepedulian Sosial Masyarakat Rendah
Ketua DPRD Sumbar, Supardi juga menyoroti makin lemahnya kepedulian sosial masyarakat, tidak hanya diperkotaan tapi juga di nagari nagari. Hal ini dibuktikan tidak berperannya fungsi niniak mamak, RW dan RT, dalam mengawasi kondisi sosial dan ekonomi di lingkungannya.
“Adalah hal yang aneh di Payakumbuh ternyata masih ada stunting, karena kekurangan gizi, ini perlu dipertanyakan kepedulian sosial kita, kemana RW? kemana RT? yang seharusnya mampu untuk melihat apa yang terjadi di lingkungannya,” papar Supardi.
Pembukaan kegiatan temu filantropi se Kota Payakumbuh
Supardi, menilai masyarakat kini telah meninggalkan budaya dan tradisi masa dahulu yang sarat dengan nilai nilai sosial. Sehingga dalam masyarakat komunal semiskin apapun, tidak ada yang tidak makan.
“Kita harus kembali ke masyarakat komunal, salah satunya adalah pelajaran dari rankiang rumah gadang, rankiang itu ada tiga yaitu untuk kebutuhan sehari hari, untuk bantuan jika ada tetangga atau kaum yang tidak makan, dan rankiang ketiga adalah untuk penyimpanan logistik ketika terjadi bencana atau gagal panen,” jelas Supardi.
Baca Juga :
Berani Komen Itu Baik
