Nasional

Ketua LDII: Keajaiban Sumpah Pemuda Hilang Bila Hak Sipil tak Dipenuhi

Ketua DPP LDII KH Chriswanto Santoso

Ketua DPP LDII KH Chriswanto Santoso

Dibaca : 898

Jakarta, Prokabar – Ketua DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan sebuah keajaiban awal abad 20 karena para pemuda mengajukan konsep sebuah bangsa baru, Indonesia, padahal negara itu belum berdiri, dan baru terbetuk 17 tahun kemudian.

“Sebagai sebuah keajaiban, semangat Sumpah Pemuda juga harus kita lestarikan. Mengingat para pemuda saat itu menyadari, bahwa bangsa Indonesia lahir dari perbedaan dan membutuhkan toleransi yang besar,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Menurut dia tanpa toleransi yang besar, bangsa yang terdiri dari ratusan suku dan bahasa, serta beragam agama dan kepercayaan akan runtuh dalam mengarungi zaman. Chriswanto mengingatkan, Hari Sumpah Pemuda menjadi pengingat pentingnya saling menghormati, menghargai, dan bergotong-royong seluruh elemen bangsa.

Para pendiri bangsa, membangun negeri ini dengan sifat inklusif atau terbuka, “Bukan untuk mengucilkan kelompok-kelompok tertentu karena alasan agama ataupun keyakinan. Bukan juga negeri yang etnonasionalisme, yang hanya diperuntukkan untuk suku tertentu saja,” imbuh Chriswanto.

Jadi tidak tepat, bila anak negeri dipersekusi karena keyakinannya padahal mereka sebagai masyarakat sipil juga memiliki kontribusi yang besar. 

Sementara Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono mengatakan imajinasi pada pemuda mengenai sebuah bangsa dan wilayah yang disebut Indonesia tersebut menjadi ikatan yang kuat untuk mengusir kolonialisme.

“Dalam bayangan mereka, bangsa Indonesia yang kelak lahir itu dapat mewujudkan antitesa kolonialisme yang menciptakan ketimpangan sosial dan ketidakadilan,” pungkas Singgih. 

Ide mereka yang tertuang dalam Sumpah Pemuda menjadi terobosan baru, bahwa kesadaran mengenai pluralisme melahirkan semangat bersatu. 

Persoalannya, saat ini menurut Singgih adalah bagaimana menjaga kemajemukan itu agar tetap lestari dan menjadi keajaiban dunia, “Ya kuncinya adalah toleransi. Tidak mengharamkan perbedaan saling menghormati perbedaan, bisa hidup berdampingan dalam perbedaan. Karena bangsa Indonesia lahir karena perbedaan, lahir karena adanya toleransi terhadap suku, ras, dan agama,” ujarnya. 

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top