Jakarta, Prokabar —Indonesia memiliki potensi besar sebagai pemain utama di dunia dalam industri baterai mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV).
Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan potensi besar tersebut ada karena Indonesia memiliki cadangan sumber daya nikel terbesar di dunia.
Sumber daya tersebut merupakan bahan baku industri baterai dan pengembangan mobil listrik.
Baca Juga:
- Menteri Trenggono Ajak TNI AL Optimalkan Potensi Perikanan Budidaya di Pesisir
- Presiden Kembali Tegaskan Tidak Niat Menjabat Tiga Periode
- Ini Daftar Peraih Penghargaan Pelayanan Publik dari Kementerian PANRB
“Indonesia sebagai pusatnya (nikel). Bahkan di beberapa artikel internasional, ini menggambarkan suatu sisi ketergantungan terhadap nikel yang meningkat.”
“Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel dengan reserve dan produksi terbesar jelas merupakan negara yang sekarang menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari battery electric vehicle,” ujar Menkeu di laman Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (17/3).
Transformasi Kendaraan Bermotor
Untuk itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen memanfaatkan tren teknologi ini yang ke depannya akan semakin meningkat.
“Sekarang ini dengan kesadaran terhadap lingkungan yang makin meningkat, maka pembicaraan mengenai tren kendaraan bermotor mmengalami transformasi cepat.”
“Terutama berubah dari bahan bakar fosil kemudian menjadi bahan bakar yang terbarukan atau battery electric vehicle yang akan mendominasi keseluruhan kendaraan bermotor di seluruh dunia,” ujarnya.
Baca Juga Milenialisme.com
- Kosmetik Mahal, Perhatikan Tips Cantik Ini
- Empat Fungsi Rendang Khas Minangkabau
- Hoax Menjamur, Media Komunitas Solusi untuk Pembaca
Pemerintah Indonesia juga berkomitmen secara global di bidang perubahan iklim dengan menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca atau CO2.
Untuk itu, Pemerintah berupaya menurunkan emisi yang bersumber dari sektor transportasi dengan mendorong pengembangan sektor industri kendaraan bermotor berbasis listrik.
“Kita akan menurunkan emisi CO2 sebesar 29 persen dengan usaha sendiri atau menurunkan CO2 sebesar 41 persen pada 2030.”
“Apabila ada dukungan dan kolaborasi internasional. Kita akan membangun dan terus meningkatkan daya saing dari industri otomotif yang berbasis baterai,” tandasnya. (*)