Daerah

Kopi Ateng Tidak Bisa Tumbuh di Semua Tempat

Dibaca : 1.5K

Pasaman, Prokabar-Dikembangkannya varian kopi ateng di Pasaman ternyata butuh pemahaman khusus. Terutama dalam pemilihan lokasi ladang, struktur tanah sampai ketinggian daratan yang dibutuhkan. Jika tidak memiliki pengetahuan dasar dan malas mencari rujukan, jangan harap kopi ateng akan berkembang sesuai harapan.

Salah satu petani kopi ateng di Pasaman, Yunefrizal menjelaskan, sebelum ia mulai mengembangkan varian kopi ini, ia kerap berkomunikasi bahkan studi banding ke Sipirok, Sumatera Utara. Dimana di Sipirok ini terkenal dengan kopi atengnya.

“Ternyata faktor lingkungan, cuaca hingga ketinggian lahan sangat tepat dikembangkan di Pasaman, terutama di Tonang Talu, Kecamatan Lubuk Sikaping ini,” kata Yunefrizal.

Bahkan, diakui Yunefrizal, dibanding dari daerah Sipirok, Sumatera Utara sebagai salah satu daerah pengembang kopi ini, di Pasaman proses perkembangan kopi ini lebih cepat.

“Dari pantauan kami, di Sipirok, dari masa bibit hingga pertama berbuah, itu memakan waktu sekitar 16-18 bulan dengan tinggi sekitar dada orang dewasa. Sementara di Pasaman, tepatnya di Tonang, kopi ini dapat berbuah di usia 12-14 bulan sejak dari bibit. Bahkan, petani di Sipirok pernah datang ke ladang kami untuk memastikan kualitas dan kuantitas kopi. Ternyata lulus uji standar dan lebih baik kualitasnya,” jelas Yunefrizal.

Untuk bibit, diakui Yunefeizal didatangkan dari Sipirok. Saat ini di ladang ical terdapat hampir 800 batang kopi ateng. Diantaranya terdapat kopi yang siap panen dan yang baru mulai dibesarkan. (Ola)


Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top