Kesehatan

Ade Rezki Pratama Dorong Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Produksi Dalam Negeri

Dibaca : 543

Payakumbuh, Prokabar – Anggota Komisi IX DPR RI Ade Rezki Pratama mendorong masyarakat untuk menggunakan sediaan farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri.

Hal ini disampaikan Ade dalam kegiatan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Produksi Dalam Negeri yang digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Komisi IX DPR RI di Aula BIB Provinsi Sumatera Barat, Rabu (13/12).

Ade mengatakan bahwa penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri penting untuk dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus-kasus gagal ginjal akut yang disebabkan oleh konsumsi obat penurun panas berbentuk syrup.

Pasalnya, banyak produk obat, sediaan farmasi, dan alat kesehatan impor yang tidak memiliki izin edar dari Kemenkes.

“Kita terus dorong masyarakat untuk menggunakan sediaan farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri, sehingga kedepannya tidak terjadi lagi kasus-kasus yang menyebabkan gagal ginjal akut yang sebabkan banyak korban jiwa seperti yang terjadi beberapa waktu lalu karena konsumsi obat penurun panas berbentuk syrup,” kata Ade.

Ade juga mendorong aparat penegak hukum (APH) untuk meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas obat dan alat kesehatan impor yang tidak memiliki izin edar.

Menurutnya, bisnis sediaan farmasi impor merupakan bisnis besar yang menguntungkan konglomerasi.

“Masuknya sediaan farmasi terutama dari Tiongkok melalui jalur tikus di perairan di Indonesia adalah bisnis besar yang untungkan konglomerasi, masyarakat yang tidak mencari tahu kebenaran produk tersebut sebelum dikonsumsi/digunakan akan kembali menjadi korban,” ujar Ade.

Meski BPOM dan APH telah melakukan berbagai upaya pencegahan, namun Ade mengakui bahwa peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan impor ilegal masih tetap ada.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membeli dan menggunakan obat-obatan, vitamin, dan alat kesehatan.

“Sosialisasi ini akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat terkait obat, vitamin dan alat kesehatan yang beredar di tengah masyarakat. Sebab banyak obat, vitamin, dan suplemen yang kita salah kaprah dalam penggunaannya. Kita tergoda dengan logo jamu di produk yang belum tentu itu herbal, ternyata dimasukkan bahan kimiawi oleh oknum tertentu,” tutup Ade. (*/rel)

Halaman : 1 2

Baca Juga :

Berani Komen Itu Baik
To Top